Selasa, 03 Januari 2012

Resolusi yang Realistis

Benarkah ini memang keputusan tepat? Bagaimana jika bukan? Apa sih sebenarnya yang gue mau? Apa sih sebenarnya rencana Tuhan dalam hidup gue? Kenapa yah kok susah mencari orang yang bisa mengerti jalan pikiran gue tanpa perlu gue ceritain? Apa benar gue emang egois?
Berbagai pertanyaan itu sering mampir akhir-akhir ini dalam benak gue. Sejak gue memutuskan untuk pergi dari 'sarang' nyaman gue. Saat ini yang gue butuhkan cuma sahabat yang bisa bikin gue ketawa tanpa perlu bertanya dan mengorek lebih dalam tentang alasan gue keluar dari 'sarang' nyaman gue. 

Banyak orang bertanya-tanya tentang keputusan gue dan ujung-ujungnya menyayangkan keputusan gue. Dan pada akhirnya gue disalahkan. Butuh waktu bagi gue untuk bisa menerima keadaan gue sekarang. Sekarang gue akan menuangkan segala kegundahan gue di blog. 

Dengan menulis, gue jadi bisa mengekspresikan apa yang ada sedang bergulat dalam diri gue saat ini. Seandainya ada orang yang bisa mengerti keadaan gue dan stop bertanya mengenai keputusan gue. Gue akan dengan senang hati menceritakan semuanya.

Sekarang gue mencoba untuk lebih dekat ke Tuhan. Ngadu segala kegundahan hati gue dengan-Nya. Selain itu, gue mencoba untuk menulis, dan stop untuk menghubungi orang-orang terdekat gue. Nulis lebih enak sepertinya. Menuangkannya dalam bentuk cerita? Ehmmmm.....kedengarannya menarik.

Sambil menyesap kopi, dan menuangkan kata demi kata lewat tuts keyboard komputer ternyata sangat menyenagkan. Pantas saja banyak orang yang tertarik berprofesi menjadi penulis.

Ketika kita sedang berada di titik terendah dalam hidup kita, cobalah untuk tidak bercerita dahulu kepada orang terdekat. Dekatkan diri dengan Tuhan, setelah kita merasa tenang, barulah kita cerita dengan orang terdekat kita. 

Atau kalau belum juga merasa tenang, cobalah tuangkan perasaan kita, kegundahan kita lewat sebuah tulisan, siapa tau itu bisa memberi inspirasi bagi orang lain. Gue bukan sekedar teori, kenapa gue tadi bilang kita? 

Karena gue nulis ini juga untuk bahan renungan gue, biar gue inget kalau gue juga sedang belajar ke arah sana. Daripada kita terus menerus merenung, dan berbicara dengan pikiran-pikiran kita, lebih baik tuangkan saja pikiran-pikiran itu. 

Kalau kita kreatif, jadilah sebentuk cerpen atau sebuah tulisan singkat tapi menghibur, kalau tidak, yah tidak masalah. Asal bukan makian saja yang kita tuliskan.

Lepas dari 'sarang' nyaman bukanlah hal gampang. Karena dunia di luar 'sarang' gue lebih ganas. Banyak predator yang akan siap menerkam jika tidak waspada. Ah, mudah-mudahan saja itu hanyalah ilusi atau pikiran liar gue. 

Tetaplah optimis ketika sudah memutuskan keluar dari 'sarang' nyamanmu. Karena hal itu akan membentuk kita menjadi pribadi yang semakin matang dan dewasa menghadapi keganasan hidup di planet kita tercinta ini.

Sudah terlewat 1 tahun lebih sejak gue mutusin keluar dari sarang nyaman gue itu. Dan jujur saat waktu itu keluar, gue lega banget. Dan sedikitpun tidak menyisakan penyesalan yang berarti ketika gue memutuskan keluar saat itu.

Saat gue keluar dan mutusin untuk menjalani masa baru selama 1 tahun 7 bulan di 'sarang baru', sumpah itu adalah hal terindah dalam hidup gue. Kalau dipikir-pikir keputusan gue 2 tahun lalu pergi dari 'sarang nyaman' itu adalah keputusan paling tepat karena potensi gue sangat tergali, bahkan bos gue di 'sarang baru' itu berhasil membangkitkan bakat lama gue dan memompa gue untuk mengeksplor lagi bakat gue.

1 tahun 7 bulan penuh dengan suka duka, tangis, tapi juga memiliki makna, karena gue mendapat dua sahabat yang mau menerima gue, membantu gue di saat tersulit dalam hidup gue. Sayangnya dua sahabat gue itu keluar dari 'sarang baru' di tengah perjalanan karir mereka di 'sarang baru' tersebut.

Gue jujur aja kehilangan pegangan, tempat berbagi, dan teman makan siang bareng. Ketika pada akhirnya satu persatu teman dalam tim kerja di 'sarang baru' gue pun pergi ninggalin gue. Gue kembali kehilangan, pedih tapi tampuk pekerjaan tetap harus diteruskan.

Gue lakukan walau dengan perjuangan, dan kepala sering sakit. Tapi hal itu akhirnya harus terbayar ketika gue pun mendapat kembali sahabat baru yang membuat gue nyaman berada di dalamnya, terlebih bos dan beberapa rekan kerja tidak pernah menuntut cenderung membebaskan gue berkarya dengan segala potensi dan kemampuan gue.

Sampai akhirnya ketika impian gue lebih tepatnya impian keluarga gue sejak kecil datang. Gue bimbang apakah gue kembali harus meninggalkan 'sarang baru' ini sekaligus 'sarang nyaman' gue. Kedua sahabat mendukung gue karena itu adalah impian gue sekaligus impian keluarga gue. 

Bisa dipastikan jika gue berhasil meraihnya dan berada di tempat impian gue sampai kelak masa pensiun gue dan keluarga akan memiliki masa depan yang lebih baik. Tapi itu bukan sepenuhnya impian gue, karena ternyata setelah gue meninggalkan 'sarang nyaman' dan memasuki 'sarang baru' di mana itu adalah impian terbesar keluarga gue ada rasa hampa, kosong mengisi relung hati dan jiwa gue.

Gue memasuki babak baru dalam hidup gue setelah gue bergelut selama 1 tahun 7 bulan di 'sarang nyaman' yang telah memberikan gue segalanya termasuk menggali bakat dan potensi gue. Dan di 'sarang baru' inilah gue belum dapat berbaur sepenuhnya dengan teman-teman bahkan teman se-tim. 

Bukan, bukan karena gue tidak mau tapi lebih tepatnya gue merasa kecil, minder tepatnya. Tapi lagi-lagi dua sahabat gue berhasil meyakinkan gue bahwa meraih impian tidak mudah, butuh doa dan kerja keras. Doa? Sepertinya gue mulai menjauhkan itu, dan harus gue raih kembali bukan karena agar gue dimudahkan tapi dikuatkan lebih tepatnya.

Jadi tipis bukan beda antara impian dan kenyaman? Nyaman menurut ukuran gue adalah ketika lo bisa melakukan sesuatu tanpa harus berubah jadi orang lain. Nyaman di mana lingkungan sekitar menerima lo apa adanya. Tapi nyaman juga bisa diciptakan loh, caranya? Cuma lo yang tahu caranya, kalau gue sih intinya supaya nyaman yah gak usah peduli pikiran orang tentang lo.

Biarkan saja itu berdengung di telinga lo, yang penting apa yang kamu lakukan berguna bagi 'sarang baru' lo, lama-lama lo akan nyaman dengan sendirinya. Jangan pernah underestimate diri sendiri dan mengatakan bahwa lo tuh kecil dan gak bisa apa-apa.

Hehehehe gue bilang gini bukan karena gue udah jago lebih tepatnya sedang berusaha ke arah sana. Semoga di 'sarang baru' ini gue juga bisa menemukan 'sarang nyaman'. Entah gimana caranya Tuhan akan memberikan 'sarang nyaman' di 'sarang baru' gue sekarang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar