Long weekend bulan Mei banyak
dimanfaatkan orang-orang terutama untuk pulang kampung. Walau hanya 4 hari, namun
sangat berharga melepas lelah dan berhenti sejenak dari rutinitas sehari-hari
yang terkadang membuat kepala pening dan otak lelah seperti bubur kertas.
Tak terkecuali saya yang sejak
awal sudah ingin merencanakan OUT from Jakarta saat long weekend. Pada awalnya
pilihan pertama jatuh pada Bromo Sunrise, namun dikarenakan waktunya yang cukup
panjang yakni dari tanggal 5 hingga 8 Mei membuat saya mengurungkan niat.
Liburan tapi kalau harus merasakan capek setelahnya dan tak bersemangat kerja
lantaran masih belum move on untuk apa.
Pilihan kedua pulang kampung
namun itu juga saya tampik, karena bagi saya pulang kampung hanya 4 hari tetap
terasa capek, dan tak puas bersua dengan keluarga. Saya justru berencana
liburan panjang saat lebaran walau sampai detik ini tiket belum digenggam.
Pilihan ketiga, ini pun saya
ambil di detik terakhir alias sebelum tanggal gajian saya di bulan April. Saya
melihat infonya di facebook, Dieng Road Trip 5 s/d 7 Mei. Hmm, saya pikir
bolehlah. Tidak terlalu capek, esok masih bisa istirahat. Langsung saya kontak
sahabat saya untuk ikut daftar. Walau pada awalnya nama saya belum terdaftar di
panitia, dan harus membuka kuota lantaran saya daftar. Saya dan sahabat tetap
berangkat. And the story Road Trip was begin….
First day : 5 Mei 2016
Seminggu sebelumnya, saya pikir
berangkat jam 20:00 WIB. Jadi saya bisa istirahat dan jalan-jalan dulu
menghabiskan waktu sampai menjelang sore. But, pihak panitia terutama tour
leader dari pihak OTW tour bilang berangkat jam 15:00 WIB. Mepo di Sevel
Kampung Melayu jam 14:00 WIB, saya dan sahabat on time bahkan sebelum jam 14:00
WIB sudah datang di Mepo. Masih bisa istirahat, dan beli nasi bungkus untuk
makan di jalan. Ini pertama kalinya bagi saya dan sahabat road trip dengan
mobil elf bukan bus pariwisata ataupun kereta. Jadi, sedikit tegang bercampur
excited membayangkan akan seperti apa petualangan road trip kami. Jam karet
rupanya sudah jadi budaya orang Indonesia, dan itu berlaku di first experience
saya dan sahabat ikut road trip. Panitia datang sebelum jam keberangkatan bukan
jam kumpul untuk registrasi ulang. Well, walaupun pada akhirnya berangkatnya
mundur jadi 16:30, saya dan sahabat berusaha menikmati perjalanan. Dan, story
kami berdua dimulai di hari pertama alias saat masih dalam perjalanan. Di tol
sebelum Cikampek, entah di KM berapa ban mobil elf pecah. Untunglah pak sopir
tidak ngebut menjalankan mobilnya dan kondisi jalanan macet. Belum habis
penderitaan mobil elf kami, ban mobil sebelah kiri gembos. Sebelum peristiwa
ini, saya sempat mengucapkan doa, hal yang jarang saya lakukan jika pergi
travelling. Walau diganti dengan ban cadangan, teman-teman di bus menyarankan
pak sopir untuk menambal ban dan memperbaiki ban utama untuk berjaga-jaga
selama perjalanan panjang kami. Kami satu bus awalnya tak saling kenal, bahkan
ketika bus berhenti di Pekalongan saat matahari terbit dan hawa sejuk. Kami
hanya sempat foto-foto pemandangan dan menghirup udara pedesaan. Sekedar info,
kami tak lewat Wonosobo karena macet, jadi rute beralih ke Pekalongan yang
langsung bisa tembus ke desa Banjarnegara dan tentunya ke Dieng.
Second Day : 6 Mei 2016
Tepat pukul 8 pagi keesokan
harinya, bus sampai di Dieng, namun kami nyasar hingga pertigaan PLN arah
kampung sikunir. Alamak, jadwal sikunir itu hari terakhir. Kami panik dan
berusaha menghubungi panitia untuk menjemput kami yang nyasar. Areal homestay
tak ada panah petunjuk, bahkan pak sopir tak dibekali peta dan jadwal. Yeay,
pada akhirnya kami sampai di homestay walau terlambat dan dalam keadaan kuyu. Setelah
nyasar dan terlambat, kami baru mendapatkan jadwal baru and then tak semua
tempat wisata yang dijanjikan di awal bisa kami datangi. Tempat awal yang
didatangi adalah :
Kawah sikidang
Kawah sikidang ini letaknya tak
jauh dari tempat homestay. Ternyata ada legenda terbentuknya kawah sdikidang.
Singkatnya, dulu ada putri cantik bernama Sinta Dewi yang terkenal akan
kecantikannya. Namun tak ada sati pemuda pun yang dapat meminangnya lantaran
sang putri yang terlalu pemilih, dan menilai seseorang hanya dari hartanya
saja. Suatu hari ada pangerang Kidaang yang ingin meminangnya, dan pangeran ini
kekayaannya sanggup membuat sang putri menjatuhkan pilihan, dan berpikir wajah
pangeran pastilah tampan. Tak dinyana, wajah pangeran tersebut maaf buruk rupa.
Badan manusia namun berwajah kidang. Sang putri yang enggan menikah mengajukan
syarat berat yaitu membuat sumur yang besar dan dalam dengan alasan warga susah
air. Pangeran menyanggupinya dan ternyata sakti sehingga sumur bisa
diselesaikan dengan cepat. Putri yang mengetahui hal ini lantas menyuruh
pasukan dan dayang menimbun pangeran dengan tanah bekas galian agar pangeran
tewas. Sang pangeran yang sakit hati mengutuk keturunan putri berambut gimbal.
Dan sumur yang hampir selesai digali itupun meledak, dan lama-lama menjadi
kawah yang diberi nama Kawah Sikidang. Kawah Sikidang adalah objek wisata wajib
dikunjungi jika kamu berencana ke Dieng. Namun harap diingat harus menggunakan
masker lantaran bau belerang yang sangat menusuk, dan beracun. Saya sendiri tak
sampai ke tempat yang tinggi di mana terdapat pusat kawah karena tak tahan bau.
Di kawah ini saya menemukan burung hantu yang pemalu. Saat disentuh, kepalanya
menunduk dan tak mau difoto. Ada pula tempat bernama Gardu Pandang yang cukup
lumyan untuk tempat bersantai walau tak ada kursi dan lantainya kotor. Namun
masih dapat melihat pemandangan kawah dari atas. Jika lapar, silakan mampir ke
warung indomie yang juga menjual tempe kemul khas Wonosobo. Saat datang ke
Kawah Sikidang suasananya hujan rintik-rintik, untung tak hujan deras. Di
kawasan wisata ini kamu pun bisa membeli oleh-oleh yaitu opak kucai pedas dan
biasa yang masih mentah dan harus digoreng lagi, manisan carica dan olahan
manisan carica berupa keripik carica. Ada juga yang menjual kacang dieng,
kentang bulat berwarna merah khas Dieng. Di Dieng terkenal dengan jajanan
berupa kentang goreng bulat kecil seukuran telur puyuh, minuman purwaceng, dan
tempe kemul.
Batu Ratapan Angin / Batu pandang
Adalah dua batu besar yang
bersebelahan. Mengapa dinamakan batu ratapan angin? Konon dulu ada seorang
istri cantik yang mengkhianati suaminya yang tampan. Dan perselingkuhan
tersebut diketahui oleh suaminya di dekat telaga warna. Sang suami dan
selingkuhan istrinya bergulat sampai akhirnya sang suami mengutuk istrinya dan
selingkuhan jadi batu. Sang istri menjadi batu dengan posisi terduduk, dan
selingkuhannya batu yang berdiri tegak. Jika diterpa angin, sering terdengar
seperti suara rintihan yang melambangkan penyesalan keduanya. Untuk menuju batu ratapan angin yang terletak
di atas telaga warna ini perlu menaiki tangga walau tidak terjal. Namun
pemandangan yang terlihat cukup membuat mata saya sejuk dan relax. Di batu
ratapan angin kita dapat melihat pemandangan telaga warna dari ketinggian 2162
mdpl.
Telaga warna
Menjelang sore, kami beranjak ke
telaga warna yang hanya berjarak 20 meter. Saat masuk, antrian sudah mengular
dan kondisi kami sudaah kuyu karena belum makan siang. Namun setelah melihat
indahnya telaga warna yang konon terbentuk karena tingginya kandungan sulfur di
dasar telaga. Menurut mitos yang beredar konon ada cincin bangsawan yang
terjatuh ke dasar telaga, dan menyebabkan telaga tersebut memiliki warna hijau,
putih, dan keabu-abuan. Kebetulan saat saya ke sana, warnanya hijau. Selain
menikmati indahnya pemandangan air telaga, kamu juga dapat memacu adrenalin
dengan mencoba flying fox. Saya sendiri ogah karena takut tali putus di tengah
perjalanan. FYI, kedalaman telaga saat masuk ke tengah mencapai 16-25 meter.
Walau tak bermain flying fox, saya masih dapat berfoto dengan beruang yang tampak
asyik bermain di dahan pohon, sangat lucu. Bukan beruang asli, namun cukup
membuat saya tertawa dan terhibur meski perut keroncongan. Well, dalam hal
waktu panitia kurang dapat dipercaya. Bayangkan saya, pukul 16:30 kami baru
makan siang. Setelah duduk di pendopo sekian lama, kami dibagikan makanan kotak.
Menunya memang sederhana namun cukup mengenyangkan. Lauk telur dadar, sayur
mirip daun papaya dan sambal goreng ati.
Seharusnya di hari kedua ini
jadwal kami trecking ke padang savanna, namun karena kondisi cuaca yang buruk
terpaksa batal. Sedih karena tak dapat berburu sunset di padang savanna,
padahal saya menunggu momen sunset sejak di homestay. Sudah tak ke lokasi Dieng
Plateu Theatre dan Goa Pengantin, padang savanna pun gagal. Malamnya kami makan
malam dan pesta jagung bakar plus minum purwaceng. Minuman khas Dieng dengan 2
pilihan rasa , susu dan kopi. Saya sendiri memilih kopi, sekalipun sahabat
sudah memperingatkan jangan minum kopi lantaran takut saya melek begadang
sampai pagi.
Third Day : 07 Mei 2016
Golden Sunrise Bukit Sikunir
Setelah istirahat +/- 3 jam, kami
bangun dan bersiap menuju bukit sikunir. Hoahem, dingin yang menggigit membuat
saya enggan bangun, dan ingin merapatkan kembali selimut. Namun keinginan kuat
menaiki bukit dan menikmati golden sunrise membuat rasa malas menguap. Sahabat
saya masih sempat-sempatnya cuci muka, dan sedikit mengoleskan bedak karena tak
ingin terlihat berantakan. Beda dengan saya yang cenderung cuek tak peduli jika
wajah kumal, kucel nantinya saat difoto. Bagi saya, fisik menaiki bukit lebih
penting. Untuk mencapai bukit, kami harus antre dan terjadi kemacetan sepanjang
jalur pendakian. Bayangkan saya ratusan
orang menaiki bukit, wajar jika jalur pendakian macet layaknya kemacetan di
Jakarta. Namun, saya beruntung karena itu membuat paha saya tak lelah dan kram.
Sekalipun harus banyak dibantu oleh tour guide saat naik dan turun bukit, saya
tak kecewa karena puas bisa menikmati golden sunrise kampung sikunir.
Candi Arjuna
Setelah menikmati bukit sikunir,
kami melanjutkan perjalanan ke Candi Arjuna. Huaaah, untunglah saya sempat
menyantap pop mie, beberapa tusuk sate kentang goreng, dan segelas energen coklat.
Sebelum memasuki kawasan Candi Arjuna, saya melewati Darmasala yakni tempat
bagi para Brahmana mengabdikan diri dan juga tempat menyambut tamu. Selain itu
saya juga menyempatkan diri berfoto dengan pohon bunga terompet yang dekat
dengan Darmasala. Ada empat candi utama san satu candi pendamping. Keempat
candi utama itu adalah Arjuna, Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra. Sayangnya ada
satu candi yang sedang dipugar yakni candi Puntadewa untuk persiapan Dieng
Culture Festival. Di dalam candi arjuna ini terdapat yoni yang menampung air
suci dan ajaibnya tak pernah surut, serta masih diyakini kesakralannya. Bila
air penuh, otomatis akan mengalir ke lingga dan keluar candi. Candi di Dieng diperkirakan
dibangun pada akhir abad ke-7 hingga awal abad 8 tepatnya di masa dinasti
Sanjaya. Di kawasan
wisata Candi Arjuna ini terdapat sekelompok tokoh kartun seperti teletubies,
hello kitty, dan mickey mouse. Saya sendiri sempat berfoto dengan sekelompok
teletubies.
Makan Mie Ongklok di Museum Kaliyasa
Hari terakhir kami tak sarapan
pagi, langsung makan siang. Sepulang dari candi arjuna, kami pulang ke homestay
untuk mandi, dan bersiap-siap sebelum menyantap Mie Ongklok makanan khas Dieng.
Sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan pulang yang panjang kembali ke Jakarta.
Mie ongklok yang saya santap ini unik berkuah kental karena menggunakan tepung
kanji. Mienya lengket, diberi sayuran kol, serta taburan bawang goreng, dan daun
bawang plus 4 tusuk sate sapi. Kenapa dinamakan mie ongklok? Karena pada saat
merebus, mie dan kol nya dikocok atau diongklok putar balik menggunakan
saringan dari bamboo. Rasanya sedap, gurih, dan kuah kentalnnya terasa sekali.
Sayangnya tak ada sajian tempe kemul bahkan kami tak diajak makan di resto khas
Ongklok. Namun kami makan dengan pemandangan museum Kaliyasa Dieng.
Overall, saya sedikit kecewa
karena jumlah peserta yang membludak membuat tour guide tak mampu menjadi guide
untuk memberikan penjelasan pada setiap tempat kawasan wisata. Ujung-ujungnya
hanya berfoto ria. Well, tak ada yang salah dengan foto, namun alangkah lebih
baik seorang tour guide bukan hanya mengantarkan ke tempat wisata, dan memenuhi
jadwal saja. Tapi dapat menjadi guide bagi turis local yang juga ingin tahu
sejarah serta cerita di balik terjadinya kawasan wisata tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar