Kamis, 23 Mei 2019

Detective Pikachu, Alur Cerita Berantakan dan Ending yang Mudah Ditebak



Film adaptasi video games jarang ada yang bisa memenuhi ekspektasi pecintanya. Jika menurut sebagian orang film Pokemon: Detektif Pikachu ini sudah cukup memenuhi ekspektasi, tapi menurut gue nih film hampir memenuhi.


CHRYSTHOBIKUDUNIAKU, Jakarta – Alur ceritanya memang enak untuk diikuti walau berantakan, dengan tingkah polah Pikachu yang menggemaskan, namun sayang endingnya sangat mudah ditebak. Hal ini terlihat jelas ketika film sudah memasuki pertengahan cerita

Selera Barat dan Timur yang Gagal Dipadukan



Sedianya film Detective Pikachu mengambil tema anime Jepang. Film yang berada di bawah Universal Studio ini diadaptasi dari video game keluaran Nintendo tahun 1996, dan diproduksi Warner Bros. Pikachu sendiri adalah pokemon yang dikenal sebagai salah satu tokoh utama bersama pemilik utamanya Ash Ketchum di adapsi anime. Pokemon ini adalah semacam pika berwarna kuning dan memiliki keistimewaan mengeluarkan tenaga listrik. Pikachu bisa ditemukan di hutan, ladang, dan tempat-tempat sumber tenaga listrik.

Jika pada film sebelumnya, manusia memburu pokemon dengan cara ditangkap dengan pokeball (bola pokemon), namun di film ini pokemon digambarkan hidup berdampingan dengan manusia yang menjadi partnernya.

Beberapa tokoh yang dihadirkan menggambarkan selera Barat dan Timur yang berusaha dihadirkan dalam film. Selera Barat sendiri tertuang dalam cerita detektif dan konspirasi politik. Melalui pertemuan Tim Goodman yang diperankan oleh Justice Smith (anak dari seorang aktor terkenal asal Amerika, Will Smith) dengan reporter magang Lucy Stevens yang diperankan oleh Kathryn Newton yang sebenarnya sangat sayang karena cerita tidak digali lebih dalam melalui penggambaran pembungkaman pers.

Rob Letterman, sutradara yang memiliki rekam jejak dalam menggarap film komedi animasi Amerika Shark Tale dan Monster vs Alien mempengaruhi pola skenario dan aspek-aspek seninya. Hal ini terlihat jelas dalam penggambaran cerita yang selalu mengedepankan rasionalitas, sehingga penyajian latar belakang Pokemon: Detective Pikachu sangat berantakan dari segi cerita. Animasi yang seharusnya menjadi sebuah cerita imajinatif yang rasional, Pokemon: Detective Pikachu justru menceritakan latar belakang yang aneh.

Rob juga berupaya menyajikan kisah pertarungan antar Pokemon, yang mengambil budaya gladiator zaman Romawi. Rob menegaskan pokemon sendiri sudah hadir sejak zaman kuno, namun sayangnya Rob gagal menjelaskan pokemon sebenarnya makhluk apa. Pun halnya dengan menghadirkan tokoh polisi Jepang, Yoshida yang digambarkan sebagai sahabat baik Harry Goodman yang diperankan oleh Ryan Reynolds yang juga mengisi suara Detective Pikachu seharusnya dapat menjadi kunci dan upaya Rob menghadirkan tokoh beridentitas Jepang namun hanya dijadikan figuran. Kemunculannya saja bisa dihitung dengan jari.

Awal Mendebarkan, Tengah Mulai Memanas, Sayang Klimaksnya Biasa



Di awal cerita cukup mendebarkan, terkesan sekali bahwa film ini tidak dapat tertebak bahkan penuh teka teki sekaligus mengharukan. Di pertengahan cerita emosi gue mulai terbangun dan berharap ada penyelesaian yang mendebarkan atau setidaknya memberikan anti klimaks yang mampu membuat gue sebagai penonton terkesima. Nyatanya di pertengahan cerita, walau sedikit memanas, gue mulai bisa sedikit menebak akhir dari penyelesaian ceritanya.

Tentang siapa dalang di balik pembunuhan Harry Goodman, dan siapa sesungguhnya Detective Pikachu yang digambarkan hanya bisa berkomunikasi dengan partner manusia yang terpilih, dalam hal ini Tim. Dari awal perkenalan Tim dengan Pikachu, gue merasa ada yang sedikit aneh dengan penggambaran hubungan antara manusia dan pokemon yang menjadi partnernya.

Namun jika lo ingin menonton bersama keluarga terutama anak-anak, film ini cukup ringan sebagai kisah detektif dan ramah anak, yang sayangnya alur ceritanya berantakan dan sangat mudah ditebak. Tapi film ini dapat memberikan pengajaran kepada anak-anak untuk saling menghargai sesama makhluk hidup, dan tidak menjadi orang yang keblinger karena ilmu pengetahuan yang dimiliki. Penilaian gue terhadap film ini cukup 7 saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar