Saat ini film Indonesia sedang
trend dengan ide yang diambil atau adapatasi novel terbaik. Namun, hanya
beberapa dari novel tersebut yang berhasil difilmkan. Walaupun tidak begitu
bagus namun paling tidak, fans dari novel tersebut tidak kecewa karena hasilnya
cukup dapat memvisualisasi kisah yang terdapat di novel.
Seperti misalnya novel 5 cm,
Habibie Ainun yang menjadi box office, Eiffel I’m in Love 1&2, Sunshine
Becomes You, Negeri 5 Menara, Laskar Pelangi dan sekuelnya Sang Pemimpi, Surat
dari Praha, dan Supernova KPBJ (Ksatria Putri dan Bintang Jatuh).
Nah, setelah membaca beberapa
novel, rasanya novel ini wajib dilirik produser dan wajib difilmkan karena dari
segi cerita sangat menarik, dan tentunya melekat erat dengan kehidupan plus
sejarah Indonesia, serta berbagai polemik yang terjadi di negara kita.
Memorabilia
Pernah terbayangkan memiliki
sebuah startup dengan konsep melelang atau menjual kenangan? Jingga, Januar,
dan Karsha teman satu kampus yang memiliki impian ingin membangun usaha sendiri
yang unik dan berbeda. Berawal dari Karsha yang menjual lukisan macan dari
pacarnya, ketiga anak muda ini bersepakat membangun bisnis Memorabilia. Sebuah
startup webzine atau website magazine yang memuat kisah kenangan berikut dengan
barang yang menjadi kenangan. Dengan harapan saat barang tersebut dijual,
barang tersebut tetap memiliki kesempatan kedua di tangan pemilik lain. Walau
dengan modal minim bahkan nyaris bangkrut, ketiga anak muda ini tak mudah
menyerah. Di tengah-tengah perjuangan membesarkan perusahaan, berbagai konflik
semakin menguji persahabatan mereka. Terutama ketika salah satu klien yang
biasa menjadi pengiklan tetap memutuskan berpikir ulang tentang penempatan
iklan mereka. Dan di saat terjepit, perusahaan mereka ditawari untuk membuat
kisah sebuah bioskop dan membantu pelelangannya. Namun Jingga urung karena
menurutnya masih ada kisah kenangan lain yang dapat digali. Ternyata bioskop
tua tersebut memiliki kenangan tersendiri bagi Jingga, kenangan yang membuat
Jingga bingung antara harus dilepas atau disimpan, dikubur selamanya.
Green Card
Novel karya Dani Sirait ini
berkisah seorang pemuda bernama Raffli yang berjuang menjadi seorang imigran
gelap di Amerika dan bertahan demi sebuah Green Card, kartu sakti agar tetap
dapat menikmati American Dream yang menjadi impian bagi imigran seluruh dunia
tak terkecuali dirinya. Berawal dari sebuah surat dari kawannya saat dirinya
bekerja di sebuah kapal mewah, Raffli bertekad turun di pelabuhan Miami tanpa
passport karena passportnya ditahan selama dia bekerja di kapal tersebut. Saat
peristiwa WTC 11 September 2001 di mana ketika pesawat menabrak gedung
tersebut. Raffli dan imigran gelap lainnya mulai dirundung kecemasan karena
tanpa kartu sakti tersebut dirinya bisa diburu pihak kepolisian NYC, bahkan
jika ketauan dia menyusup dengan sengaja akan langsung dideportase. Berbagai
cara dilakukan termasuk nekat menikahi wanita Indonesia yang telah memiliki
Green Card karena menikah dengan bule Amerika, namun telah bercerai. Malangnya,
wanita tersebut bukannya membantu tapi memerasnya hingga Raffli harus pinjam
uang sana sini. Novel perjuangan para imigran ini bukan kisah fiktif belaka,
namun ada beberapa true strory yang layak disorot bahwa TKI yang bekerja di NYC
ini juga adalah aset bangsa yang sayangnya luput dari perhatian Kedubes
Indonesia.
Pulang
Tentunya kamu tahu peristiwa
G30SPKI? Bahkan filmnya sejak kecil pun sudah divisualisasikan. Bagaimana
pembantaian para Jendral dilakukan oleh PKI dan mayatnya dibuang ke lubang
buaya. Namun, di balik kisah tersebut, ada yang luput menjadi perhatian
pemerintah. Inilah yang dituangkan Leila S Chudori melalui novel berjudul
Pulang. Berkisah tentang Dimas yang dianggap eksil politik, sebutan untuk orang
yang dianggap pendukung gerakan kiri atau PKI. Sahabat sekaligus atasan dan
saingan dalam memperebutkan gadis idamannya, Hananto Prawiro dikabarkan tewas
akibat tindakannya yang pro kiri. Dimas yang awalnya hanya diberi tiket untuk
ikut seminar jurnalisme di Santiago menjadi tak bisa pulang karena paspornya
dicabut. Akhirnya Dimas berpindah-pindah mulai dari Havana, Peking dan akhirnya
tiba di Paris. Di Parislah, dia mendirikan restoran Indonesia bersama Nug,
Tjai, dan Risjaf. Mereka dikenal sebagai Empat Pilar Tanah Air. Ketika putrinya
telah dewasa, Lintang memutuskan ke Indonesia dalam rangka tugas akhirnya
berbuntut penyelidikan terbaru tentang
masa lalu ayahnya dan keterlibatannya saat peristiwa 98 meletus bersama salah
satu anak lelaki Hananto, Segara Alam. Novel yang pastinya jika difilmkan akan
menimbulkan polemik ini wajib difilmkan agar masyarakat semakin terbuka bahwa
ada sejarah Indonesia yang luput dari perhatian saat terjadi pembantaian besar-besaran
setahun setelah G30SPKI, yang pernah ramai diperbincangkan dunia dalam
pengadilan HAM di Belanda.
Proyek Maut
Politik di Indonesia rupanya
menarik perhatian penulis. Karena lika liku dan procedural serta intrik di
dalamnya sangat menarik untuk digali dan dikisahkan kembali. Berkisah tentang
kepala polisi yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuhan seorang
pengusaha terkemuka Indonesia. Ternyata kasus tersebut menguak berbagai
peristiwa plus melibatkan putri kecilnya yang jadi korban penculikan. Dan bukan
itu saja, ternyata salah seorang anak buahnya dimanfaatkan pihak tertentu
menjadi duri dalam daging, alias pengkhianat dalam perisiwa perburuan pelaku.
Sangat menarik karena kejadiannya pasti melibatkan kepolisian Jakarta,
pertaruhan jabatan, dan kecerdasan sertaa kecepatan berpikir ketika sang pelaku
lengah. Sebuah mega proyek transportasi menjadi rebutan namun juga menjadi
bencana, sangat asyik jika difilmkan, menjadi film action Indonesia yang
berbeda dengan film action lainnya.
2
Ya, begitulah yang menjadi
judulnya. Tentang seorang gadis dengan kelebihannya yang juga sekaligus
kelemahannya berjuang meraih cita-citanya membuat orangtuanya tersenyum melalui
bulutangkis. Mengalami penyakit yang tak biasa bagi seorang gadis seperti
dirinya membuat Gusni harus mengalami dilemma antara berhenti atau terus
berjuang. Dia tak punya pilihan lain ketika dokter memberitahu bahwa hidupnya
tak sampai angka 25. Terus berjuang dan melawan penyakitnya atau berdiam diri
menunggu kematiannya. Berlatar tentang srikandi bulutangkis Indonesia dan
peristiwa Uber Cup, novel ini wajib difilmkan karena selain memberi inspirasi
juga menjadi kebanggaan karena bulutangkis adalah olahraga primadona di negara
kita.
Ayah
Novel karya Andrea Hirata ini
sedikit berbeda dengan novel sebelumnya yakni Tetralogi Laskar Pelangi di mana
banyak kata-kata sastra berhamburan. Kisah Ayah ini bukan hanya mengedepankan
keindahan kekayaan alam Indonesia, karena cerita tidak terpusat di Belitung
saja. Namun kisah bagaimana seorang pemuda yang lugu dan setia pada cinta
pertamanya. Bahkan sekalipun gadisnya menikah dan memberikan anak yang lahir
bukan dari benihnya, dia tetap menyayanginya seperti anaknya sendiri. Sangat
disayangkan jika novel ini tak dilirik produser, dan diendapkan di lemari buku
saja, karena pastinya akan mengeksplor kekayaan alam Indonesia dan juga memberi
kisah cinta tak biasa.
Koin Terakhir
Kali ini mengulik BIN, Badan
Intelijen Negara. Di mana saat agen terbaiknya, Zen ditugaskan dalam sebuah
misi penting di saat dirinya sebentar lagi akan menikah. Zen ditugasi mencari
sebuah koin kuno di mana koin tersebut terdapat rahasia penting milik
pemerintah, yang dicuri dari Lembaga Sandi Negara. Lokasi koin berhasil
terlacak dan target pun berhasil terkunci, sayangnya Zen harus melintasi negara
dan terjadi malapetaka yang mengancam nyawanya. Ketika satu persatu berhasil
terkuak, Zen diperhadapkan terhadap organisasi rahasia, dan terkuaklah siapa
musuh sebenarnya. Hmm, film dengan latar lintas Eropa dan banyaknya pemain
asing yang akan ikut serta dalam film membuat novel ini wajib dilirik produser
dan wajib difilmkan.
Itulah 7 novel yang wajib dilirik
produser dan wajib difilmkan. Bagaimana menurut pendapat kamu? Mana di antara
ketujuhnya yang menjadi prioritas pertama mendapat perhatian produser dan dapat
menyedot perhatian movie mania atau kritikus film?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar